Jumat, 28 Desember 2012

the best songs when you go to somewhere

Saya percaya, sebuah lagu dalam perjalanan selalu memberi arti berlebih bagi seorang pejalan. Karena biasanya, mereka membunuh bosan dengan mendengarkan lagu. Yep, pasang earphone pencet-pencet dan,, kalian sudah bisa terhibur. Kali ini saya akan mencoba menuliskan beberapa lagu perjalanan yang saya kira cocok. Semoga bisa menjadi referensi teman perjalanan anda. :)


1. Lyrnyd Skyrnyd - free bird

taken from Google

Saya dengar  lagu ini sekitar tahun 2010. Itu juga karena seorang teman yang menyarankan. lagu ini saya dengarkan ketika saya sedang di kapal, waktu itu kapalnya goyang-goyang, sedangkan waktu perjalanan di kapal baru terbunuh 30menit. Lagu ini memang recommended buat kalian para backpacker! 

2. Komunal - Higher than mountain 2

komunal (photo from google)


Ketika sudah sampai di suatu tempat, biasanya saya malah kepengen pulang dan mengakhiri perjalanan. Entah kangen masakan rumahlah, pemandangan lah, kangen ibu lah, asshh..  Kalau sudah begitu, saya langsung ke penginapan, taruh ransel, berbaring, kemudian pasang earphone dan mulai mendengar lagu ini.

Lagu ini diciptakan bagi kalian yang lagi homesick  pas lagi di perjalanan. lagu yang dikemas dengan versi akustik disertai alunan harmonika ini memang mengisahkan tentang seseorang yang kangen rumah. Lagunya sangat sendu, dengan suara serak jelas menggambarkan perasaan yang sangat dalam tentang rumah.


3. Norah Jones - Sunrise
Norah Jones (Google)

Kalau ini memang lagu wajib saya kalau sedang pagi-pagi di kapal. biasanya saya langsung naik ke atas dan melihat sunrise atau sunset yang sama indahnya. Entah beberapa kali saya berdendang dengan suara sumbang lagu Sunrise nya si cantik Norah Jones. 


4. Ingrid Michaelson - Mountain & the Sea


Satu lagi lagu yang di dendangkan oleh si cantik Ingrid Michaelson. Lagu yang easy listening  ini sedikit banyak bercerita tentang hubungan seseorang yang diibaratkan sebagai gunung dan laut. Walaupun lagunya tentang percintaan, tapi memang ini cocok, terlebih kalau kalian sedang kangen kekasih di kampung halaman. Just cheers!

5. Float - Pulang
Float (Google)

Ramuan gitar akustik yang dipetik membuat lagu ini begitu ringan.Band yang di gawangi Hotma (Vokalis) Wendra (gitaris) dan Raymod (Bassist) ini membuat para pendengarnya menjadi enggan pergi dan memilih cepat pulang ketimbang harus pergi jauh. Lagu yang mengambang seperti nama grupnya mebuat kita mengalun entah harus kemana. Jelas ini bisa menjadi referensi yang baik bagi kalian hai pejalan.



***

Nah.. inilah 5 lagu yang sering saya putar kalau sedang berjalan jauh. Semoga backpacker tunes  ini bisa menjadi referensi yang baik kalau kalian sedang backpacking ria. 

Hail Backpacking!

Rabu, 28 November 2012

Antara Kadir dan Timnas Indonesia

"heh cak! Piye kabare? lama tak bersua kita. Aku Kadir cak, aku nang malaysia saiki!"

"ngopo kowe nang malaysia dir, dadi pembantu dir? Ra trimo karo Kelantan mergane manohara gagal tok persunting?"

"ndasmu cak..! aku dukung Bepe cak! FORZA INDONESIA!!!"

begitulah percakapan singkat kami sesaat sebelum pertandingan timnas lawan Laos. 

***

Saya mengenal Kadir sekitar 3 tahun lalu. Waktu itu saya kenal di suatu seminar foto di Yogyakarta. Nama aslinya Alfian Reza Subroto, tapi entah kenapa dia lebih bangga menggunakan nama Kadir. Bahkan waktu itu co-card nya tertulis nama "Kadir". Oya, saya sempat bertanya tentang namanya itu, tapi kadir tidak pernah menjawabnya, malah selalu mengalihkan pembicaraan.  

Kadir ini kalau dilihat sekilas, mukanya hampir mirip dengan Bambang Pamungkas, pemain timnas Indonesia, bukan mirip artis Kadir. Dia orang Jakarta, betawi asli, tapi dia sangat fasih berbahasa jawa. Kadir juga merupakan penggemar berat bambang pamungkas, dan timnas Indonesia. Kalau timnas sedang bermain, pasti dia selalu datang ke stadion. Menurutnya, nasionalisme seseorang dapat dilihat dari seberapa banyak dia menonton timnas Indonesia di stadion.

Cukup lama saya tidak bersua dengannya. Kalau dihitung sekitar 5 bulan. Waktu itu kami bertemu ketika dia akan menonton timnas di Bantul. Kami juga jarang komunikasi, selain nomornya yang berganti-ganti mengikuti promosi provider, dia juga anti dengan jejaring sosial. Konsepsinya yang kontroversial adalah : lelaki yang punya facebook adalah lelaki yang tak gentleman. itulah yang membuat saya kesulitan mencari Kadir kalau sedang kangen berat. 

Kadir memang penggemar berat timnas Indonesia. Saya kagum sama kadir, dia tidak pernah mencemooh pemain, ketika semua orang mencibir timnas di depannya, dia selalu punya jurus andalan yang membuat orang itu diam dan tertunduk malu. Jurusnya adalah "kalian ga usah crewet sama timnas, emang kamu bisa apa main bola kaya timnas? yang boleh crewet cuma messi! kalo kamu kaya messi baru boleh crewet!" maklum, selain timnas, dia juga menggilai Messi dan Barcelona.

 Di tahun ini, Kadir masih saja mendukung timnas walaupun sekarang sedang carut marut. Sampai-sampai kemarin saya bertanya seusai pertandingan timnas vs Laos,

"Dir, piye timnasmu kok imbang mung karo laos wae?"  saya sms bermaksut menggoda Kadir.

"iyo e pak.. aku yo ra ngerti ki, mungkin akibat dualisme iki pak!" Kadir menjawab. 

Saya tahu, Kadir sedang kesal, dia kecewa dengan timnas.

"aku kecewa karo timnas pak, mosok main ne ora wangun babar pisan!"

maksut hati saya ingin menggoda kadir, jadi tidak tega karena smsnya barusan. Akhirnya saya hanya bisa melongsongkan kata-kata menghibur ke Kadir
"yo uwis bro, yang tabah ya. semoga perjuangamu tak sia-sia di malaysia"


Pagi tadi Kadir sms lagi, katanya dia masuk tv di Singapura. Dia mengikuti kuis tebak skor antara Indonesia dan Singapura malam ini. Dia dengan yakin dan menjawab 3-0 untuk Indonesia. 
Nyatanya Indonesia menang tipis 1-0, Kadir jelas gagal menang kuis. Tapi dia senang bukan main, karena Indonesia menang. 

"bang, Indonesia menaaangg bang..! aku kalah taruhan tapi tetep senenggg bang!
FORZA INDONESIA!! ALE...ALE..!!"
Kadir sms saya, senangnya bukan main pasti. Saya sudah membayangkan dia mencium lambang garuda di baju seperti yang selalu dilakukannya kalau indonesia berhasil mencetak gol.

"wolaaahh... sangar dir! berikutnya sopo dir sik kudu dikalahke?
Malaysia kapan dir?"
saya juga ikut senang, kata kadir, ini kali pertama indonesia bisa mengalahkan Singapura dalam 4 pertemuan terakhir.

"sesuk sabtu, saya yakin 2-0 untuk Indonesia pak! Kadir masih akan mendukung! doakan pak!"
Kadir menjawab cepat.


"lha kowe kapan balik dir, simbokmu nangis ki dir.. hehe!" 

"Oralah, wong saya pamit kok sama simbok, mohon restu barang je...pulange yo sak kalahe Indonesialah..! >.<"

jawaban Kadir ini mengakhiri pembicaraan kami.  Saya yakin Mereka yang mendukung Timnas sedang bersorak sorai, jingkrak-jingkrak di sana. Semua pasti merayakan, walaupun ini baru awal tapi kita berhak merayakannya. Begitu kata Kadir, Seorang punggawa timnas divisi supporter yang setia mendukung tim kesayangannya, walaupun kali ini keadaannya memprihatinkan.

"Haahh.... Dir.. Kadir... Aku hanya bisa berdoa dari sini Dir, semoga impianmu menjadi kenyataan, timnas berhasil bawa pulang trofi. Good luck, Dir..!"

FORZA INDONESIA..!!





***



Rabu, 07 November 2012

Karanganyar, tak sekedar Jalan-jalan




***

Karanganyar indahnya memang naudzubillah!! Kata siapa Karanganyar hanya terkenal dengan air terjunnya yang deras itu? Tidak! Karanganyar punya potensi wisata yang oke buat dikunjungi. kami coba nguthak-athik wisata Karanganyar dalam sehari!

Candi Sukuh

Udara sejuk langsung menyambut kami serta si bison (motor yang kami tunggangi)  ketika sampai di daerah desa wisata Sukuh. Di desa ini terdapat candi hindu yang bakal kami telusuri. Candi ini terletak di ketinggian 910mdpl kaki gunung Lawu. Arsitekturnya mirip dengan peninggalan budaya Maya di Meksiko, tapi ini real di Indonesia. Banyak hal menarik disini, ada Lingga dan Yoni yang di temukan dengan lambang super, yaitu Seksualitas! teman saya yang suka bercanda mesum dengan muka yang singkron dengan candanya berulang kali pegang lingga dan yoni ini, berharap ada dampak. hehe :) #sampai tulisan ini diposting, belum ada cerita dari teman saya.

 candi Sukuh


Karanganyar dari atas candi Sukuh

Candi Sukuh juga lumayan sepi, hanya beberapa turis asing yang antusias datang kesini, turis lokal masih jarang yang datang. Padahal candi ini kaya sejarah dan cenderung gak Mainstream. 

***

Si bison masih leyeh-leyeh di parkiran sementara saya sibuk bincang-bincang dengan tukang parkir disana.  "sudah ke candi Cetho dereng mas?" 
"Belum pak, dimana itu pak?" saya balik tanya antusias
"masih naik mas, pemandangannya bagus mas, kesana saja!" Suruh pak parkir sambil menunjuk kearah atas.

Langsung tanpa basa-basi kami membangunkan bison yang tampak ketiduran, dan bergegas ke atas. Let's go, son!

Candi Cetho

Candi Cetho sedikit lebih tinggi daripada candi Sukuh. Jalannya juga lebih ekstrim dengan turunan dan tanjakan yang gak pandang buluh. Bison berulang kali harus "mengeluh dan ngoceh" ngawur ketika dipaksa nanjak ke atas. Setengah perjalanan telah kami lewati, hamparan kebun teh lumayan membuat kami lupa daratan. Saya sibuk jeprat-jepret dari atas motor, sementara teman saya dan bison masih berjuang tangguh menaklukan tanjakan di depan mata. Sampai akhirnya teman saya tegoda untuk melihat berbukit-bukit hamparan teh di sebelah kiri. Bison juga tampaknya terpana, sampai-sampai dia hampir menamatkan kami di atas bukit nan elok ini. Bison tampaknya benar-benar "misuh" hingga tak mau jalan lagi. Alhasil, kami harus beristirahat di warung sambil minum teh berharap bison tak benar-benar marah.

bukit teh cooyy..

Saya coba melongok ke bison, tampaknya dia sudah lebih santai dari sebelumnya. Langsung kami bergegas ke candi Cetho. Candi ini terletak ketinggian 1496mdpl alias setengahnya Lawu. Jadi maklum kalau bison sedikit menggerutu. hehe #ampun son!

sengkalan memet dan arca Phallus

Candi Cetho termasuk candi peninggalan pada masa Majapahit. Candi ini becorak hindu degan arsitektur berundak . Sehingga mirip seperti punden berundak. Terdapat 13 teras undakan hingga ke puncaknya. Jaman dahulu, candi ini digunakan sebagai upacara ruwatan. Lagi-lagi saya menemukan hal yang sama di candi Sukuh. Disini terdapat arca Phallus, yaitu arca kelamin laki-laki dan perempuan yang disatukan dan menjadi bentuk garuda.
Candi ini memiliki beberapa teras untuk mencapai tingkat. dengan gapura di setiap tingkatnya, dengan arsitektur hindu, kita akan dibawa ke nuansa etnis Bali yang kental. Tapi segera tampar keras-keras pipimu, karena kamu sedang ada di Karanganyar.


candi Cetho

Ketika  sudah di puncak, sebuah bangunan candi mirip candi Sukuh terletak. bedanya, yang ini lebih kecil. Candi ini merupakan pusat/puncaknya candi Cetho. 
Candi Cetho sedikit lebih ramai ketimbang dengan candi Sukuh. Banyak rombongan yang datang kesini. Tampaknya candi Cetho sedikit lebih terkenal di bandingkan Sukuh.



Candi Kethek

Saya yang sudah mulai lapar, sejenak bersandar di bagian teras candi Cetho. Cuaca juga terik setengah mati, hingga peluh dan darah tak terasa mulai mengucur deras mewarnai kebun bunga milik paman (ehh.. nglantur!)
Saking laparnya, saya jadi berpikir asal, bukan tentang mbak-mbak yang baru saja lewat dengan wajah putih merona, ataupun sebuah motor dengan kunci bergantung di parkiran, tetapi sebuah ide gila mendaki gunung Lawu. Tanpa bekal, kami berdua coba menyusuri Lawu lewat jalur ke arah timur candi.




Jalan memang cukup terjal dan sempit, dengan kali berbatu tanpa air di bawah. Kami sedikit ngeri melihat kebawah. Dengan retribusi  1000 rupiah, kami berusaha mendaki Lawu lewat jalur lain. Di tengah perjalanan kami menemukan sebuah candi berarsitektur lagi-lagi mirip dengan candi Sukuh dan Cetho. Kami berdua mulai ngelantur bahwa kami telah menemukan sebuah candi baru. Maklum bawaan lapar jadi begini.. 
Ternyata kami kalah cepat, candi ini telah di temukan pada tahun 2005 yang lalu. Terdiri dari 4 teras dengan puncak semacam tempat sesaji di bagian paling atas. 

Candi kethek

Candi Kethek (kera) 1610mdpl.  dinamai kethek oleh penduduk sekitar karena sering ditemukan hewan kera di sekitar bangunan candi. Jika dinilai dari sisi suasananya candi ini cukup spooky,  selain sepi, candi ini banyak dikelilingi pohon-pohon besar yang sedikit membuat kami mbleret

tempat sesajinya nih..

Sejenak kami duduk dan berunding, apakah kami bisa sampai ke Lawu, jawabannya TIDAK! karena sudah mendung. Lagian kami juga kasian sama bison, sudah nungguin lama di bawah. Akhirnya kami kembali menemui bison yang tampaknya mulai menemukan pujaan hatinya yaitu sepeda motor Mio merah berplat AA. haha...

***

Jam telah menunjukan pukul 13.30 siang, tapi udara disini sungguh dingin karena mendung disertai kabut. Bison kesulitan turun ke bawah. Matanya kabur karena kabut, dan sedikit merasa lapar. Demikian dengan kami, kami juga merasa lapar. Di sekitaran objek wisata Tawangmangu, terdapat banyak warung yang menjual sate kelinci. Karena saya yang terus terang penasaran sekaligus belum pernah mencicipi sate kelinci, langsung berhenti di warung sate kelinci yang lumayan ramai. Nama warungnya lupa, pokoknya sebelah kiri jalan dengan warung menjorok ke dalam.
Oke.. tanpa basa-basi dan senggol bacok, saya langsung pesan satu porsi sate beserta minumnya. Seporsi sate dihargai 12.000 rupiah. Harga medium bagi kami para musafir kere.



weehh... satenya datang, lengkap dengan lontongnya. saya menyantap satu tusuk sate untuk ucapan selamat datang. Gigitan pertama langsung terasa bumbu sate yang tajam dengan dominasi kunyit dan asam jawa.  Mereka langsung melakukan penetrasi ke sudut-sudut mulut. 
Makan sate kelinci memang ada triknya, caranya, sate harus dimakan sekalian sama lontongnya. Tujuannya adalah, lontong berguna sebagai balancing bumbu yang sangat tajam. jadi kalau penasaran, silahkan cicipi kelezatan sate kelinci.

***

Jadi benar kan? Karanganyar emang keren?! gak cuma tawangmangu yang keren, candi -candi di atas juga totally worthy toh?  makannya jangan sungkan untuk pergi kesini, tak usah perlu jauh-jauh ke Meksiko, atau Mesir kalau tujuannya hanya ingin nonton piramida. Di sini juga banyak! So.. Keep travelling, guys!

***

Thanks to :
Tuhan YME yang melindungi kami dan mencegah kami naik ke Lawu modal tekat
Eos 1000d
Bison (partner perjalanan sejati)

si Bison





Yogyakarta, 07 November 2012
sambil mendengarkan :   Deff Lepard "two step behind"














Selasa, 11 September 2012

Sesaat







Saya masih dengan kusyuk mendengarkan lagu ini, hingga akhirnya saya tertidur di dalam bus tujuan Sampang Madura.
Yap, saat itu adalah hari ke 3 saya di Surabaya, dan saya telah berada di  dalam bus jurusan Madura. Langit daratan Madura kala itu mendung sendu, alias mendung berat. Hujan juga kadang-kadang muncul cepat. Tapi tak lama kemudian melebur bersama tanah. Perjalanan 5 jam menuju Sampang bukan merupakan hal yang cepat, sehingga  passion harus gelut dengan bosan saya untuk tetap mendukung saya sampai di sana. Saya kemudian memutar music mp3 saya, iseng-iseng saya putarkan lagu Kla Project berjudul Jogjakarta.  Baru beberapa bait, katon mensyiarkan lagu itu, tetapi telah membuat saya kangen dengan kota itu. Kota sejuta pesona, tak peduli malam atau siang, gelap atau terang. Sedikit penggalan lagu membuat saya benar-benar harus kembali ke Jogja dengan cepat. Saya jadi homesick berat kala itu. #sigh!


Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgi saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama suasana Jogja

Di persimpangan, langkahku terhenti
Ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila
Musisi jalanan mulai beraksi seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri, di tengah deru kotamu

(Walau kini kau t’lah tiada tak kembali) Oh…
(Namun kotamu hadirkan senyummu abadi)
(Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi)
(Bila hati mulai sepi tanpa terobati) Oh… Tak terobati

Musisi jalanan mulai beraksi, oh…
Merintih sendiri, di tengah deru, hey…

Walau kini kau t’lah tiada tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi
(untuk s’lalu pulang lagi)
Bila hati mulai sepi tanpa terobati, oh…

(Walau kini kau t’lah tiada tak kembali)
Tak kembali…
(Namun kotamu hadirkan senyummu abadi)
Namun kotamu hadirkan senyummu yang, yang abadi
(Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi)
Izinkanlah untuk s’lalu, selalu pulang lagi
(Bila hati mulai sepi tanpa terobati)
Bila hati mulai sepi tanpa terobati

Walau kini engkau telah tiada (tak kembali) tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu (abadi)
Senyummu abadi, abadi…


Tapi, tiba-tiba saya jadi risih ketika seorang ibu-ibu paruh baya memutar musik yang sama, dengan irama yang keras. Dengan arransemen yang berbeda dan suara yang serak mendayu tak nikmat. Saya mendadak ingat sebuah band berwarna janda merusak kesakralan lagu ini menjadi bubrah! Payah nian!


Sabtu, 25 Agustus 2012

Suatu Ketika di Stasiun

"Ketika itu, saya duduk dari dalam kereta, melihat Bapak, Ibu, dan adik perempuan saya melambaikan tangan. Dengan cepat saya juga membalas sambil berucap "sampai jumpa". Dan saat itu juga kereta mulai bergerak pelan."



Kereta Api Indonesia memang benar-benar berbenah. Positifnya semakin kentara. Kereta Api menjadi moda transportasi yang nyaman dan aman. Tapi, perubahan itu mengikis segala kisah romantika klasik di kala dulu.

"Batas penumpang" begitu bunyi di pintu utama stasiun Tugu. Padahal, ibu adek dan bapak sudah bersiap melepas saya pergi. Tapi, apa daya? tidak bisa. Hanya penumpang bertiket yang bisa masuk. Akhirnya kami berpisah di luar, terlihat juga bapak-bapak yang bernego dengan petugas. Ahh.. saya yakin tak mempan lah.

Dulu, saya pernah mengantar bapak sampai kedalam kereta, duduk sebentar di kereta, tidur-tiduran di kursi, hingga akhirnya saya turun lagi. Sampai diluar, saya melambaikan tangan ke bapak menggunakan topi, kemudian berlari mengikuti kereta berjalan. Tepat sejajar dengan jendela bapak.
Selain itu, saya juga pernah mengalami mirip dengan bapak. Ketika itu saya duduk dari dalam kereta, melihat bapak, ibu, dan adik perempuan saya melambaikan tangan. Dengan cepat saya membalas sambil berucap "sampai jumpa". Dan saat itu juga kereta mulai bergerak pelan.

Saya jadi teringat film "Pearl Harbour", kala itu teringat satu fragmen ketika seorang perempuan berlari terpogoh-pogoh bernama Eve mengantar kekasihnya Rafe pergi untuk melawan pasukan Jerman. 
Ahh.. jelas kisah itu sangat romantis. Bagaimana kisah melankolis itu tergambar jelas berlatar stasiun. 

Tapi, jaman memang telah banyak berubah. Kemajuan juga harus selalu dimunculkan. Tak terkecuali kenyamanan. Pada moda transportasi apapun, kenyamanan dan keamanan adalah nomor wahid. 
Tak bisa dipungkiri pula, PT KAI memang gencar berbenah, hal itu berimbas pada hal-hal lama. Dimana banyak sekali kisah tergambar di stasiun. Entah kisah melankolis, atau apapun itu.

Ahh... stasiun memang punya banyak kenangan, tak terkecuali bagi saya. Tetapi, perubahan memang harus di hadapi, dan... mungkin juga di jalani.

Kamis, 19 April 2012

Little Trip to Madura





text : Titus Abimanyu
Photo : Bennarivo & Titus Abimanyu


Tuh kan! Apa saya bilang! Sejatinya Madura itu kerennya minta ampun! Ternyata kita sudah tak adil memandang mereka secara stereotip. Watak orang Madura yang keras sama sekali tak saya temui di Pulau terbesar di jawa timur ini. Intinya, saya berkeliling dari kamal - Sampang selama 10 jam saja!

Langit Tanjung Perak kala itu cerah sekali, hal itu jelas mendukung niat saya untuk mendekati pulau Madura dengan kapal Feri. Berangkat sekitar pukul sembilan dua puluh menit,menaiki kapal yang penuh sesak dengan penumpang dan berdesak-desakan di atas kapal. Dua puluh menit sudah saya di atas kapal, akhirnya feri yang saya naiki bersandar di Kamal, Madura. Kamal ini merupakan ujungnya Madura, berbatas langsung dengan selat Madura.


Sekitar dua jam lebih tiga menit saya akhirnya menginjakan kaki saya di terminal Sampang. Keburu waktu yang semakin siang, saya langsung melanjutkan perjalanan suci saya naik angkot jurusan Ketapang. Perjalanan menuju Ketapang memang lumayan lama, apalagi naik angkot, wahh.. sekitar dua jam. 50 kilo saya tempuh sambil sekali sekali ngomong-ngomong dengan pak Rafi'i, sopir angkot Madura yang berperawakan tinggi sekitar 1,7meter, berpecis putih, berkulit hitam, perut buncit,berkumis tebal dengan logat Madura yang super kental. "saya juga asli Ketapang dek, Ketapang barat lah itu" setelah bicara, pasti ia mengakhiri dengan ketawa.Orang Madura yang satu ini sepertinya ingin menunjukan pada saya bahwa orang madura itu ramah minta ampun!

dua jam itu ternyata sangat cepat kalau di Madura. Bagaimana tidak, jangankan mau ngomong bosen, mau tidur saja rasanya tak rela untuk meninggalkan keindahan pulau yang terkenal dengan karapan sapi ini. Hamparan pantai di sebelah kiri membuat saya semakin menyesal hanya merencanakan ke madura selama sepuluh jam saja.




Setelah kira-kira dua jam, akhirnya saya sampai di Ketapang timur, sebuah desa di pesisir bagian timur sekitar 4 kilo dari ibu kota kecamatan. Angkot pak Rafi'i berhenti di sebuah warung di pojok pertigaan. Di sana saya beristirahat sebelum melanjutkan kembali perjalanan. Suasana hangat sehabis hujan yang diciptakan masyarakat Madura membuat saya betah duduk berlama-lama disini. Saya bertemu dengan Pak Mustari, seorang pegawai pemda di Ketapang. Pak Mustari banyak cerita tentang Madura, dia cerita ternyata terdapat pantai yang sangat indah disekitar kami beristirahat. Pantai yang terkenal dengan air terjunnya bernama Toroan. "Disana dulu sempat ada orang yang hilang dek, gara-gara dia mandi pas di bawah air terjun. Di bawah air terjun itu kan ada lobang, dia kayaknya tertarik arus masuk ke lubang itu." Sambil meneruskan ceritanya, ia menyeruput kopi hitam panas yang dipesan. Pak Mustari cerita banyak sekali, dari investor yang belum tertarik dengan potensi alamnya di Ketapang, sampai-sampai watak orang Madura.
 "ahh... omong kosong itu kalau orang Madura itu keras! Itu dulu kalau kamu hidup di jaman saya, itu bahaya, tapi sekarang udah gak ada itu!" 
"Orang Madura itu Angkuh, berkemauan keras, Egois!" Seorang supir angkot bermata sipit dan mirip dengan orang Cina, tiba-tiba menyahut sambil mengacungkan ibu jari, jari telunjuk,dan jari kelingking sehingga membentuk lambang musik metal dengan tiga jari.
pak Mustari

Air es teh yang saya pesan telah surut, langit Madura kala itu juga sudah mulai terang, dan matahari yang sudah mulai lemah akhirnya memaksa saya untuk melanjutkan perjalanan saya ke Toroan. Sekitar 2 kilo ke arah timur, akhirnya saya sampai juga di sebuah ceruk pantai mini yang lumayan keren.Kalau dilihat dari jalan, air terjunnya tidak kelihatan, yang terlihat hanya penambang pasir dengan gubuknya serta pantai dengan pasir hitam yang kala itu sedang pasang. Untuk mencapai air terjunnya, saya harus berjalan ke arah barat, mepet-mepet supaya celana tak kena air. Tapi ketika sampai tempatnya, wuiihhh.... keren sekali! Air terjunnya memang tidak begitu tinggi, kira-kira hanya enam meter, tapi lebar dengan air yang langsung terjun ke laut. Dengan batu-batu karang di sekitarnya, dan berpadu dengan rimbunnya pohon melengkapi keindahan Toroan ini. Pesona pantainya memang tak seberapa, tapi primadona yang menjadi luar biasa adalah air terjunnya itu. 




pantainya juga bersih dari sampah rumah tangga, sampah-sampahnya hanya sampah organik. Airnya tenang, gak ada ombak sama sekali. Warna airnya biru tua, tapi di bibirnya keruh, karena sudah di keruk untuk penambangan pasir. Di sebelah baratnya ada sebuah gua kecil, saya sempat ingin mencoba, tetapi saya ragu. Jangan-janga gak keluar lagi, kan bahaya toh?






Satu jam tak terasa telah berlalu, saya kembali ke pangkalan angkot, untuk pulang kembali ke Kamal. Selama perjalanan saya habiskan untuk tidur. Setelah sampai di Kamal, hari sudah petang, kira-kira sekitar pukul enam sore. saya langsung menyebrang dengan Feri untuk kembali di Tanjung Perak dan segera naik ke atas kapal, mencari tempat duduk di dekat jendela.





Madura memang pintar untuk menorehkan cerita-cerita bagi para pengunjungnya. Segala pandangan stereotip terpenggal seketika saat kalian berkunjung ke Madura. Jika kalian ke Madura, saya menyarankan, untuk menaiki kapal Feri. Pemandangan selat Madura sungguh indah dipandang mata, apalagi saat petang.

Hail Backpacking!

Thanks To :
Pak Rafi'i, angkot Sampang-Ketapang, yang mau mengantar saya sampai Ketapang  bahkan hingga Toroan.
Pak Mustari Santoso, pegawai pemda yang mbayari saya es teh manis.hehe.. Tau saya musyafir kere ya pak?
Canon EOS 1000d + lensa udik 18-55 IS yang tercinta, Tas merk SPORTS yang sobek-sobek, Pak penambang pasir yang meneriaki saya untuk jangan nyebur. 
Terimakasih yang teramat sangat pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan Madura begitu indah beserta Isinya.

Rabu, 18 April 2012

Nasi Rawon



Saya baru pertama kali makan nasi rawon. Kata orang, kalo mau mencicipi nasi rawon yang enak, kalian harus pergi ke Surabaya. "Asal yang jual orang Surabaya, pasti rawon nya enak!" kata teman saya sedikit meyakinkan.

Kebetulan saya sedang berada di Surabaya, saya coba mencicipi nasi rawon di sekitaran stasiun Gubeng Surabaya. Warungnya kecil, dengan kursi plastik yang berjajar dengan posisi menghadap ke jalan Gubeng. Saya langsung pesan nasi rawon dengan segelas es teh manis. Setelah sekitar 10 menit, pesanan saya datang. Dengan kuah hitam mirip tongseng serta ditambah daun jeruk dan bawang goreng sebagai balancing, dan tauge sebagai perias akhir. Bau lengkuas yang harum sempat memenuhi rongga hidung saya. 

Suapan pertama saya coba kuahnya dahulu, wuiih.. perpaduan antara keluwak, bawang, dan lengkuas yang merata langsung masuk lancar ke perut saya. Selanjutnya saya coba dagingnya, bumbu bawang perai dan daun jeruk meresap masuk kedalam daging. Dagingnya yang empuk, juga membuat saya menjadi mudah mengunyah dan anti selip di gigi. 

Renyahnya tauge dan bawang goreng juga beradu masyur masuk ke dalam mulut dan terunyah dengan rata hingga masuk dengan damai kedalam perut. 

Akhirnya, perut sudah terisi penuh, dan sembari saya masuk ke dalam stasiun untuk kembali ke Jogja.

delicioso!

Cheng Ho mosque, Muslimnya kental, Tionghoanya juga

Seorang teman menyarankan saya untuk mengunjungi masjid tionghoa di Surabaya. Pertama saya pikir adalah masjid di sekitar komplek pecinan yang sebetulnya biasa saja. Tetapi karena dia sangat "ngotot", ya akhirnya saya turuti, toh tak ada ruginya pula. 

Masjid Cheng Ho, terletak 1 kilo dari Balaikota Surabaya. Tepatnya jl Gading no 2 Surabaya. Masjid ini dibangun atas prakasa beberapa sesepuh setempat. Masjid ini dibangun untuk menghormati Laksamana Cheng Ho, seorang Cina beragama Islam.  Dibangun dengan arsitek bernama Ir. Abdul aziz dari Bojonegoro.
Arsitektur masjid ini bergaya Tiongkok lama dengan dominan warna merah, Hijau, dan kuning ini memiliki pagoda di atasnya. Terdapat Relief naga dan singa dari lilin dengan lafaz Allah. Seperti pada umumnya, masjid ini juga di lengkapi dengan bedug. 





Rabu, 21 Maret 2012



"Bali memang tak henti-hentinya menorehkan cerita kepada siapapun yang kesana.
 Begitu juga dengan saya,
 kunjungan study ke Bali dari sekolah membuat saya lebih percaya 
kalau Bali itu benar-benar indah."

Sebenarnya travelling menggunakan travel agent adalah sesuatu yang sangat buruk, karena hanya mengunjungi tempat yang sudah benar-benar umum dan touristy. Tetapi apa boleh buat, karena ini adalah acara sekolah, ya saya turuti saja apa kemauan travel agent, walau hanya untuk kali ini saja!.

Langit kala itu sedang mendung berat, bis yang saya tumpangi beranjak menaiki bukit. Sedikit terengah-engah, bis tetap dipaksa melaju hingga sampailah di sebuah tempat yang banyak menjual berbagai pernak-pernik souvenir daerah khas bali. Tempat ini bernama Bedugul. Begitu saya turun dari bis, pertama kali yang saya tuju adalah sebuah danau. Danau ini menurut warga sekitar bernama Beratan. Mungkin dari kata keberatan nama danau ini diambil. Tapi, keberatan kepada siapa? haha, saya juga kurang tahu. 
Ditengah danau ini terdapat sebuah Pura tempat pemujaan Sang Hyang Dewi Danu sebagai dewi pemberi kesuburan. Pura ini bernama Pura Ulun Danu. Sayang saja, saya tak sempat kesana, karena cuaca mendung dan tour leader saya yang sudah teriak-teriak menyuruh kami masuk kedalam bis. Sekali lagi, perwujudan traveling menggunakan travel agent adalah mimpi buruk! Huuh!

Mau tak mau saya yang notabene adalah peserta, harus kembali menaiki bis menuju ke bawah bukit. Waktu itu cuaca masih mendung berat. Cenderung hujan malah. Bis dipacu ke arah bawah bukit. Saya yang sudah ngantuk berat, tergulai lemas juga di atas kursi bis.

2 jam kemudian, saya melihat plang jalan menuju Tanah Lot. Berarti bis ini akan dipacu menuju Tanah Lot bukan? Jelas lah!
Melihat parkirannya, saya sudah benar-benar ingin tinggal di bis saja. Ramai sekali, saya sudah tak ada niat berwisata. Tetapi karena ini adalah tuntutan untuk membuat laporan, akhirnya turun juga kaki saya di Tanah Lot. Kita akan dituntun untuk berjalan sekitar 200 meter menuju pantai, dengan pemandangan kanan-kiri outlet baju ternama export. Setidaknya kalian akan merasa berjalan di Bandung, bukannya di Bali. 
Setelah kira-kira berjalan, kalian akan disambut oleh sebuah gapura besar. Ini adalah pintu masuk Tanah Lot.



Kemudian sebelah kanan kalian ada sebuah pura, tapi ini bukan pura utama. Pura yang utama terdapat di tengah laut. Di bibir pantai terdapat pula sebuah batu karang yang di tengahnya terdapat gua besar. Di sebelah utara Pura Tanah Lot terdapat sebuah pura yang menjorok ke laut dan terletak di atas tebing. Tebing ini menghubungkan pura dengan daratan dan berbentuk seperti jembatan yang melengkung. Jika kalian beruntung, kalian dapat melihat matahari terbenam tepat di lobang tebing tersebut. Ini terjadi pada saat matahari tenggelam condong ke utara. Saya saat itu memang benar-benar tak beruntung, selain mendung yang menutupi matahari sehingga tak terlihat kapan hilangnya, saya harus beberapa kali terpeleset di tempat yang sangat licin ini.

Keesokan harinya, cuaca cukup cerah. Secerah hati saya untuk menyusuri bali pagi itu. Perjalanan kali ini kami akan berkunjung ke Tanjung Benoa. Disana terdapat beberapa permainan air dengan standar keamanan yang cukup baik. Matahari kala itu sangat terik. Hawa disana juga cukup panas. Sepanas saya ketika melihat daftar permainan yang cukup mahal. Tetapi hal itu memang sebanding dengan asuransi dan keamanannya yang baik. Di tanjung benoa saya hanya duduk diam melihat mereka yang asik bermain air. "nek pengen gratisan, copot katokmu, langsung nyebur neng banyu!"(kalau mau yang gratis, lepas celanamu dan langsung aja nyebur ke air!)  kata teman saya yang juga ikut kesal dengan masalah budget yang minim. "Matamu nyuk!, ndasmu kesangkut tali kae mung iso ngekek aku." ((kasar)! kepalamu tersangkut tali itu cuma bisa ketawa saya) kata saya sambil menunjuk tali untuk parasailing.  Akhirnya kami berdua hanya memandang sambil mengutak-atik kamera kami.






Setelah kurang lebih 3 jam leyeh-leyeh di pantai Tanjung Benoa, saya dan rombongan kembali menyusuri tanah aspal Denpasar untuk menuju ke Pantai Kuta. Pantai ini terletak di Bali selatan tepatnya kabupaten Badung, bukan Bandung yah! Sesampainya di sana,  Lagi-lagi saya disuguh lautan manusia. Di pantai Kuta kita dapat melihat sunset tepat di tengah laut. Banyak sekali wisman disini. Fasilitas yang sangat menunjang membuat pantai ini sangat di minati para wisatawan baik lokal dan mancanegara. Banyak juga para wisman yang berjemur di sana. "wedeh, betah tenan aku neng kene, coba omahku mung neng kulon kono, mbrene terus aku.."(wedeh betah banget aku disini, coba rumahku hanya di barat situ, kesini terus aku). ucapan teman saya yang membuat salah seorang bule melihat kami sambil memegang sekaleng bir.
Melihat cuaca yang cerah, saya memiliki ekspektasi positif untuk melihat sunset. Tapi baru sekitar pukul 16.30, saya harus di hajar TL untuk masuk lagi ke dalam bis. Apaa? Travelling dihimpit waktu memang sesuatu yang menyebalkan.



Hari ke 3 di Bali adalah hari terakhir kami pula. Kunjungan kami sebelum kepasar oleh-oleh adalah ke monumen Bajra Sandhi. Monumen ini merupakan monumen perjuangan rakyat Bali. Untuk menghormati para pahlawan, serta sebagai lambang persemaian pelestarian jiwa pejuang yang memberi inovasi dan ispirasi dalam mengisi keutuhan NKRI. 
Arsitektur ini berbentuk Bajra yaitu peralatan oleh pendeta Hindu untuk upacara keagamaan. Seluruh monumen ini memiliki arti sendiri-sendiri. Monumen ini sendiri menggambarkan Gunung Mandara, yang menurut epos Mahabarata, para dewa melakukan pertempuran melawan Tirta Amerta. 
Arsitektur yang bergaya Nasionalisme terwujud pada 17 gerbang utama, 8 pilar dan tinggi monumen 45 meter. Jelas sudah bahwa ini mencerminkan 17-08-'45 hari kemerdekaan Indonesia, bukan?








Di dalam monumen kita dapat melihat berbagai foto-foto perlawanan terhadap Belanda jaman penjajahan, juga diorama. Ada hal yang sempat membuat saya heran, terdapat tangga melingkar, yang lagi-lagi terdapat tulisan " bagi wanita yang sedang berhalangan, dimohon tidak menaiki tangga." Entah sudah berapa kali saya melihat larangan ini. Tapi memang harus dipatuhi, karena bisa saja akan terjadi celaka jika kalian melanggar.
Dari atas saya dapat melihat kota Denpasar dengan cuaca yang mendung merona waktu itu.


***

 Sudah selesai saya ngublek-ublek pesona Bali, akhirnya saya dan rombongan harus balik ke Jawa. entah teman saya sudah ninggalin apa saja di hotel. bahkan teman saya sekamar sudah ninggal (maaf) tinja di wc hotel. Masih mending saya yang hanya ninggalin "iler" bersejarah di kantong bantal hotel. hehe.
Akhirnya kami harus kembali rela menempuh 14 jam dalam bis untuk kembali ke Jawa. I'll be back, Bali!