Rabu, 07 November 2012

Karanganyar, tak sekedar Jalan-jalan




***

Karanganyar indahnya memang naudzubillah!! Kata siapa Karanganyar hanya terkenal dengan air terjunnya yang deras itu? Tidak! Karanganyar punya potensi wisata yang oke buat dikunjungi. kami coba nguthak-athik wisata Karanganyar dalam sehari!

Candi Sukuh

Udara sejuk langsung menyambut kami serta si bison (motor yang kami tunggangi)  ketika sampai di daerah desa wisata Sukuh. Di desa ini terdapat candi hindu yang bakal kami telusuri. Candi ini terletak di ketinggian 910mdpl kaki gunung Lawu. Arsitekturnya mirip dengan peninggalan budaya Maya di Meksiko, tapi ini real di Indonesia. Banyak hal menarik disini, ada Lingga dan Yoni yang di temukan dengan lambang super, yaitu Seksualitas! teman saya yang suka bercanda mesum dengan muka yang singkron dengan candanya berulang kali pegang lingga dan yoni ini, berharap ada dampak. hehe :) #sampai tulisan ini diposting, belum ada cerita dari teman saya.

 candi Sukuh


Karanganyar dari atas candi Sukuh

Candi Sukuh juga lumayan sepi, hanya beberapa turis asing yang antusias datang kesini, turis lokal masih jarang yang datang. Padahal candi ini kaya sejarah dan cenderung gak Mainstream. 

***

Si bison masih leyeh-leyeh di parkiran sementara saya sibuk bincang-bincang dengan tukang parkir disana.  "sudah ke candi Cetho dereng mas?" 
"Belum pak, dimana itu pak?" saya balik tanya antusias
"masih naik mas, pemandangannya bagus mas, kesana saja!" Suruh pak parkir sambil menunjuk kearah atas.

Langsung tanpa basa-basi kami membangunkan bison yang tampak ketiduran, dan bergegas ke atas. Let's go, son!

Candi Cetho

Candi Cetho sedikit lebih tinggi daripada candi Sukuh. Jalannya juga lebih ekstrim dengan turunan dan tanjakan yang gak pandang buluh. Bison berulang kali harus "mengeluh dan ngoceh" ngawur ketika dipaksa nanjak ke atas. Setengah perjalanan telah kami lewati, hamparan kebun teh lumayan membuat kami lupa daratan. Saya sibuk jeprat-jepret dari atas motor, sementara teman saya dan bison masih berjuang tangguh menaklukan tanjakan di depan mata. Sampai akhirnya teman saya tegoda untuk melihat berbukit-bukit hamparan teh di sebelah kiri. Bison juga tampaknya terpana, sampai-sampai dia hampir menamatkan kami di atas bukit nan elok ini. Bison tampaknya benar-benar "misuh" hingga tak mau jalan lagi. Alhasil, kami harus beristirahat di warung sambil minum teh berharap bison tak benar-benar marah.

bukit teh cooyy..

Saya coba melongok ke bison, tampaknya dia sudah lebih santai dari sebelumnya. Langsung kami bergegas ke candi Cetho. Candi ini terletak ketinggian 1496mdpl alias setengahnya Lawu. Jadi maklum kalau bison sedikit menggerutu. hehe #ampun son!

sengkalan memet dan arca Phallus

Candi Cetho termasuk candi peninggalan pada masa Majapahit. Candi ini becorak hindu degan arsitektur berundak . Sehingga mirip seperti punden berundak. Terdapat 13 teras undakan hingga ke puncaknya. Jaman dahulu, candi ini digunakan sebagai upacara ruwatan. Lagi-lagi saya menemukan hal yang sama di candi Sukuh. Disini terdapat arca Phallus, yaitu arca kelamin laki-laki dan perempuan yang disatukan dan menjadi bentuk garuda.
Candi ini memiliki beberapa teras untuk mencapai tingkat. dengan gapura di setiap tingkatnya, dengan arsitektur hindu, kita akan dibawa ke nuansa etnis Bali yang kental. Tapi segera tampar keras-keras pipimu, karena kamu sedang ada di Karanganyar.


candi Cetho

Ketika  sudah di puncak, sebuah bangunan candi mirip candi Sukuh terletak. bedanya, yang ini lebih kecil. Candi ini merupakan pusat/puncaknya candi Cetho. 
Candi Cetho sedikit lebih ramai ketimbang dengan candi Sukuh. Banyak rombongan yang datang kesini. Tampaknya candi Cetho sedikit lebih terkenal di bandingkan Sukuh.



Candi Kethek

Saya yang sudah mulai lapar, sejenak bersandar di bagian teras candi Cetho. Cuaca juga terik setengah mati, hingga peluh dan darah tak terasa mulai mengucur deras mewarnai kebun bunga milik paman (ehh.. nglantur!)
Saking laparnya, saya jadi berpikir asal, bukan tentang mbak-mbak yang baru saja lewat dengan wajah putih merona, ataupun sebuah motor dengan kunci bergantung di parkiran, tetapi sebuah ide gila mendaki gunung Lawu. Tanpa bekal, kami berdua coba menyusuri Lawu lewat jalur ke arah timur candi.




Jalan memang cukup terjal dan sempit, dengan kali berbatu tanpa air di bawah. Kami sedikit ngeri melihat kebawah. Dengan retribusi  1000 rupiah, kami berusaha mendaki Lawu lewat jalur lain. Di tengah perjalanan kami menemukan sebuah candi berarsitektur lagi-lagi mirip dengan candi Sukuh dan Cetho. Kami berdua mulai ngelantur bahwa kami telah menemukan sebuah candi baru. Maklum bawaan lapar jadi begini.. 
Ternyata kami kalah cepat, candi ini telah di temukan pada tahun 2005 yang lalu. Terdiri dari 4 teras dengan puncak semacam tempat sesaji di bagian paling atas. 

Candi kethek

Candi Kethek (kera) 1610mdpl.  dinamai kethek oleh penduduk sekitar karena sering ditemukan hewan kera di sekitar bangunan candi. Jika dinilai dari sisi suasananya candi ini cukup spooky,  selain sepi, candi ini banyak dikelilingi pohon-pohon besar yang sedikit membuat kami mbleret

tempat sesajinya nih..

Sejenak kami duduk dan berunding, apakah kami bisa sampai ke Lawu, jawabannya TIDAK! karena sudah mendung. Lagian kami juga kasian sama bison, sudah nungguin lama di bawah. Akhirnya kami kembali menemui bison yang tampaknya mulai menemukan pujaan hatinya yaitu sepeda motor Mio merah berplat AA. haha...

***

Jam telah menunjukan pukul 13.30 siang, tapi udara disini sungguh dingin karena mendung disertai kabut. Bison kesulitan turun ke bawah. Matanya kabur karena kabut, dan sedikit merasa lapar. Demikian dengan kami, kami juga merasa lapar. Di sekitaran objek wisata Tawangmangu, terdapat banyak warung yang menjual sate kelinci. Karena saya yang terus terang penasaran sekaligus belum pernah mencicipi sate kelinci, langsung berhenti di warung sate kelinci yang lumayan ramai. Nama warungnya lupa, pokoknya sebelah kiri jalan dengan warung menjorok ke dalam.
Oke.. tanpa basa-basi dan senggol bacok, saya langsung pesan satu porsi sate beserta minumnya. Seporsi sate dihargai 12.000 rupiah. Harga medium bagi kami para musafir kere.



weehh... satenya datang, lengkap dengan lontongnya. saya menyantap satu tusuk sate untuk ucapan selamat datang. Gigitan pertama langsung terasa bumbu sate yang tajam dengan dominasi kunyit dan asam jawa.  Mereka langsung melakukan penetrasi ke sudut-sudut mulut. 
Makan sate kelinci memang ada triknya, caranya, sate harus dimakan sekalian sama lontongnya. Tujuannya adalah, lontong berguna sebagai balancing bumbu yang sangat tajam. jadi kalau penasaran, silahkan cicipi kelezatan sate kelinci.

***

Jadi benar kan? Karanganyar emang keren?! gak cuma tawangmangu yang keren, candi -candi di atas juga totally worthy toh?  makannya jangan sungkan untuk pergi kesini, tak usah perlu jauh-jauh ke Meksiko, atau Mesir kalau tujuannya hanya ingin nonton piramida. Di sini juga banyak! So.. Keep travelling, guys!

***

Thanks to :
Tuhan YME yang melindungi kami dan mencegah kami naik ke Lawu modal tekat
Eos 1000d
Bison (partner perjalanan sejati)

si Bison





Yogyakarta, 07 November 2012
sambil mendengarkan :   Deff Lepard "two step behind"














Tidak ada komentar:

Posting Komentar