Rabu, 19 Oktober 2011

Royal Wedding. (Jogja duwe Gawe)

Pagi itu, seperti biasanya mulai dari pembicaraan yang tidak jelas, seorang teman berkata "ayo nonton royal weddingnya jogja!" sontak setelah kalimat persuasif itu, kami semua menjawab dengan nada lantang dan jelas "yo" tanpa komando dari siapapun. mungkin inilah yang di sebut kompak ya?
akhirnya terbentuklah kesepakatan, kami berangkat pukul 15.00 berkumpul di masjid sekolah.

pukul 15.00, saya berangkat dari rumah dengan teman seperjuangan saya menuju masjid  sekolah, hari itu memang tak seperti biasannya, jalanan menjadi sangat ramai. wuiih... andai jogja seperti ini setiap hari, aku yakin bakal migrasi deh ketempat yang sunyi!. kami yang saat itu menggunakan motor bebek, jelas tidak bisa bersaing dengan pengendara lain dengan motor yang lebih lincah, akhirnya perjalanan dapat kami tempuh dalam waktu 20 menit. Crap!

16.30. akhirnya kami sampai di malioboro, disinilah akan terjadi upacara sakral dimana seorang putri raja akan menikah. GKR Bendara dan KPH Yudanegara, akan melewati jalan yang sarat akan nilai historis. bergabung dengan pejalan kaki lainnya, kami berjalan ke arah selatan sampai akhirnya jalan sesak padat penuh dengan lautan manusia.




lihat, banyak toh? saya saja yang orang asli jogja sampe "nggumun" dan gak tahu harus ngapain lagi. seharusnya pada hari itu saya akan pergi ke semarang, sekedar menikmati indahnya kota tua itu, tapi karena jadwal bis nya gak tepat, maka saya mengurungkan diri saja. saya sempat putus asa, selain sudah terpisah dengan teman-teman, saya juga tidak tahu apa yang harus saya lakukan selai berjalan mengikuti orang-orang di depan saya. penyesalan datang bertubi-tubi dari pikiran saya, memang kalimat keluhan banyak diucapkan oleh orang-orang disekitar saya. yang sungguh saya herankan, mereka yang mengeluh, kebanyakan berasal dari logat-logat luar jogja. kalo orang jogja, saya kira mereka maklum karena memang ini peristiwa langka.


tiba-tiba, riuh penonoton bergema, karena saya tidak tahu apa-apa, saya pun mengikuti tepukan dari penonton di depan, mungkin saja sang pengantin sudah lewat. "sinten buk sing lewat?" saya bertanya pada ibu-ibu yang berdiri di pot bunga di sepanjang trotoar jalan, "niku mas keamanan" si ibu menjelaskan. Wassuu... saya kira sang pengantin sudah lewat. kejadian itu berulang beberapa kali. Saya kemudian maju ke depan, sehingga mendapatkan barisan 4 baris dari depan. cukup lama saya menunggu, hingga saya sempat menjitak kepala orang yang tidak bisa toleransi kepada orang tua yang ada dibelakangnya, jika saja orang tua itu adalah emak saya, tentu sudah saya ajak berantem orang itu.
Suara drum band terdengar seiring dengan riuh penonton, saya yakin itulah rombongan yang diharapkan. semua orang tak sabar ingin melihat, hingga terpaksa saya harus "ndangak" untuk dapat melihat apa yang terjadi.

ini rombongan bis dari keluarga mempelai pria, ini di ambil setelah kedua mempelai lewat, sungguh disanyangkan karena saya tidak berhasil mengambil gambar karena waktu itu saya sibuk mempertahankan diri saya karena dorongan dari orang-orang di belakang. Agrh,, setan kalian, orang yang mendorongku!

akhirnya.. setelah rombongan itu masuk ke dalam Kepatihan Yogyakarta, para penonton terus berjalan ke selatan, saya sempat bertanya pada seorang bapak "enten nopo meleh pak?" (ada apa lagi pak?). "weladala.. njenengan ra ngerti mas,? ana angkringan GRATIS mas!" (kamu gak tau? ada makanan gratis). mendengar kata gratis, memang membuat saya tergiur, kapan lagi bisa makan gratis, tapi ribuan orang yang berdesak-desakan membuat nyali saya ciut tak karuan dan memilih kembali ke teman-teman yang sudah selesai makan di restoran cepat saji McD. Fak! 


selamat, JOGJA!




jogyakarta,19 oktober 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar