Rabu, 19 Juni 2013

Meraba Buku Perjalanan




Pernah baca buku dengan judul seperti ini :  "pergi ke bla-bla-bla, hanya sekian rupiah"? Kalau iya, brarti kita sama :toss:. Saya punya 2 buku, yang satu saya beli, tapi satunya lagi saya pinjam sampai gak kembali. Saya dulu begitu percaya dengan isi buku ini, tetapi setelah saya praktekan, hasilnya cenderung sesat! Referensinya sangat dangkal, bahkan poin-poin andalannya seperti : tumpangan gratis, menginap gratis, dibayarin makan gratis, tinju gratis, mck gratis, ngebis gratis,.. apalah itu, malah bikin eneg. Sehingga kisah-kisah di dalam buku ini jadi hanya terkesan ndobos wae dan gagal untuk dijadikan acuan.

Memang, beberapa backpacker mendapatkan keuntungan dalam menerapkan teori seperti numpang gratis, nginap gratis, makan gratis dan seterusnya. Saya juga pernah dapat makan gratis nasi ikan dari seorang pejabat setingkat lurah :pamer: . Tapi hal-hal seperti itu hanya sebagai bonus perjalanan, bukan bagian perencanaan dalam daftar ketika kalian berjalan. 

Masalahnya, hal-hal penting seperti menginap, makan gratis, sering tidak ditulis dalam prakiraan pengeluaran. Mau mengandalkan inap gratisan seperti di buku-buku? prek syu, potong rambut wae mbayar. saat kita mulai berjalan, banyak kejadian buruk terjadi, penerbangan delay, cuaca buruk, host rumah galak, gak boleh numpang dan seterusnya. Kalau kalian tidak memasukan biaya penginapan, gimana? mau nginep di bandara? kolong jembatan, rumah kosong, pos ronda, sawah? eh sawah gak deng.. Jika kita memang mendapatkannya. Ya itu mung bejo belaka 

Dalam daftar pengeluaran perjalanan di buku-buku yang sangat jarang ditulis adalah, pengeluaran tak terduga. Hal ini sebenarnya merupakan variabel sederhana yang sudah paten harus ditulis oleh seorang pejalan. Contohnya, ketika penerbangan delay karena cuaca buruk, tubuh kalian mendadak melemah, padahal kalian sudah menyusun pengeluaran ketat hingga tak berjarak seperti apa yang tertulis di buku tersebut. Tak ada biaya kedokter, beli mixagrip, procol  atau apalah itu. Gimana hayo? 
Nah hal seperti itu yang sering luput dalam buku bergenre : "keliling eropa sampai mblenger"

Mungkin beberapa dari mereka yang menulis buku-buku seperti itu yang dipikirkan hanyalah : bujet minim, semakin minim semakin laris.  Hingga pada akhirnya lupa pada penyesatan massa. Banyak sekali teman-teman saya yang terkecoh karena buku-buku ini. Untunglah beberapa dari mereka masih berkutat di kota-kota besar dan masih ada ATM, tapi beberapa teman yang lain sungguh sengsara ketika mereka telah sampai di tempat yang jauh dengan bujet yang super ketat. 

Pada akhirnya, menilik kembali terhadap segala macam buku perjalanan sangatlah penting. Tak selalu harus menurut seperti yang digarap di beberapa buku tersebut. Nanti bukannya senang-senang, malah jadi sengsara ,ketika berjalan.

happy travelling. :)

1 komentar:

  1. sebetulnya bukan masalah ngirit tapi akhirnya cepirit2... tapi kita harus "smart" be smart traveller!

    BalasHapus